Membahas permainan tradisional Indonesia akan butuh waktu lama. Mengapa? Karena permainan tradisional di Indonesia jumlahnya banyak dan beragam. Tiap daerah memiliki permainan tradisionalnya masing-masing. Salah satu permainan tradisional yang akan dibahasa kali ini adalah Batewah. Apakah kamu pernah mendengar nama permainan ini?
Mengenal Batewah
Permainan batewah merupakan nama permainan tradisional yang asalnya dari kalimantan Selatan. Istilah batewah sering digunakan oleh anak-anak di daerah Marabahan serta Banjarmasin.
Nama batewah diambil dari kata ‘Tiwah’, yaitu nama upacara yang dilakukan oleh para penganut agama Kaharingan yang berada di pedalaman Kalimantan. Tujuan pelaksanaan upacara Tiwah adalah untuk mengantarkan arwah kerabat yang telah meninggal menuju surga.
Batewah merupakan permainan tradisional yang menggunakan kayu serta bola sebagai peralatannya. Kayu tersebut nantinya disusun menjadi seperti api unggun dan menjadi sasaran yang akan dihancurkan menggunakan bola. Permainan ini mirip dengan permainan enang baledog dari Jawa Barat.
Jumlah pemainnya minimal 3 orang. 1 orang akan menjadi pemain jaga atau pasang dan 2 pemain bertugas menjadi penewah yang naik atau bersembunyi. Biasa jumlah maksimal pemain dalam satu permainan batewah adalah 8 orang. Anak laki-laki maupun perempuan dapat memainkan permainan ini.
Peralatan dalam Permainan Batewah
Tak butuh alat yang mahal, permainan ini alat-alat yang digunakannya cukup sederhana dan mudah untuk didapatkan.
Alat yang disiapkan alat pasangan yang berupa potong kayu, ranting yang cukup besar juga bisa, atau rotan. Ukuran panjangnya sekitar 30 cm dan lebarnya 3 cm. Selain itu, dibutuhkan juga kayu lain atau bola yang disebut undas. Alat ini akan digunakan untuk menghancurkan susunan kayu. Permainan ini biasa dimainkan di lapangan yang luas agar para pemain bisa berlari dengan leluasa.
Cara Bermain Batewah
Untuk bermain batewah, sebelumnya para pemain harus bersiap dahulu di lapangan.
1. Pertama-tama susun dahulu kayu menjadi seperti api unggun.
2. Para pemain lalu bermain hompimpah untuk menentukah siapa pemain yang akan bersembunyi. Jika dari hompimpah tersebut tersisa dua pemain, maka keduanya akan suit untuk menentukan siapa yang pertama menewah atau melempar undas ke tumpukan kayu yang telah disusun tadi.
3. Pemain yang menang dalam suit menjadi pemain yang melemparkan undas terlebih dulu. Jika dia tidak berhasil maka digantikan gilirannya oleh pemain selanjutnya.
4. Pemain yang berhasil merobohkan tumbukan kayu, maka dia akan bersembunyi bersama dengan pemain yang tadi menang dalam hompimpah yang disebut pemain yang naik.
5. Pemain yang kalah harus menyusun kayu. Pemain ini disebut pemain yang ajak. Setelah menyusun kayu, dia juga harus menyimpan undas di belakang garis lempar.
6. Pemain ajak kemudian akan mencari temannya setelah tugas merapikan kayu dan menyimpan undas selesai.
7. Pemain yang bersembunyi harus berusaha mendapatkan undas yang disimpan di belakang garis pelemparan. Jika dia berhasil mendapatkan undas sebelum pemain jaga, maka dia boleh melempar undas tersebut dan jika berhasil merobohkan susunan kayu, dia boleh bersembunyi lagi.
Namun, jika gagal dia akan ditawan dan hanya bisa diselamatkan oleh pemain lain yang bersembunyi. Pemain yang akan menyelamatkan tersebut harus menguasai undas dan harus berhasil merobohkan tumpukan kayu.
8. Jika pemain yang bersembunyi berhasil ditemukan oleh pemain yang jaga, maka akan ditentukan pemain yang jaga selanjutnya. Caranya yaitu dengan melakukan pertandingan melempar undas. Pemain yang jaga sebelumnya dan pemain tertangkap paling awal bergiliran melemparkan undas ke arah tumpukan kayu. Yang gagal melempar akan menjadi pemain jaga.
9. Permainan akan berlangsung seperti itu sampai semua pemain sepakat untuk berhenti.