Konferensi Asia Afrika (KAA) dilaksanakan di kota Bandung pada tahun 1955. Gedung tempat diselenggarakannya acara itu adalah Gedung Merdeka. Tapi apakah kamu tahu apa nama awal gedung bersejarah tersebut? Mari kita cari tahu jawabannya di sini.
Nama Awal Gedung Tempat Konferensi Asia Afrika
Gedung Merdeka, yang menjadi tempat Konferensi Asia Afrika, terletak di sudut jalan “Groote Postweg” (sekarang Jalan Asia Afrika) dan “Bragaweg” (sekarang Jalan Braga) di Kota Bandung. Dahulu, gedung ini berfungsi sebagai tempat pertemuan Societeit Concordia, yaitu sebuah perkumpulan yang terdiri dari orang-orang Eropa, khususnya orang Belanda, yang bermukim di Kota Bandung dan sekitarnya.
Sebelum menggunakan Societeit Concordia, anggota perkumpulan biasanya berkumpul dan minum teh di Warung De Vries. Namun, pada tahun 1895, mereka pindah ke gedung baru yang berada di seberang Warung De Vries, yang kemudian diberi nama Concordia. Gedung Merdeka memiliki luas tanah sebesar 7.983 meter persegi.
Dulunya Concordia merupakan bangunan yang sederhana. Sebagian dindingnya berbahan papan, dan penerangan di halamannya memakai lentera minyak tanah. Letak bangunan tempat KAA tersebut berdekatan dengan kali Tjikapoendoeng (Cikapundung) di sebelah kanan gedung.
Direnovasi dan Dibangun Ulang
Pada tahun 1921, gedung tempat Konferensi Asia Afrika tersebut mengalami renovasi dan dibangun kembali dengan gaya arsitektur modern (Art Deco) yang fungsional. Renovasi Concordia dipimpin oleh arsitek C.P. Wolff Schoemaker. Sesudah renovasi, gedung Concordia berubah menjadi gedung pertemuan “super club” yang super mewah, eksklusif, lengkap, juga modern.
Lantai gedung menggunakan marmer buatan Italia yang memberikan kesan megah dan mewah. Ruangan-ruangan tempat minum dan bersantai di dalam gedung terbuat dari kayu cikenhout, memberikan nuansa hangat dan elegan. Penerangan dalam gedung menggunakan lampu-lampu hias kristal yang memancarkan cahaya yang indah.
Selain itu, gedung tempat Konferensi Asia Afrika ini juga memiliki ruangan yang cukup besar dan memadai untuk menampung berbagai kegiatan pertunjukan seni. Luas seluruh tanah gedung ini mencapai 7.500 meter persegi, memberikan ruang yang luas bagi kegiatan sosial dan budaya.
Baca juga:
Apa Saja Benteng Peninggalan Belanda di Indonesia?
Apakah Kamu Tahu Arti 6 Tusuk Sate di Gedung Sate?
Apakah Kamu Tahu Gedung Bersejarah di Bandung?
Terjadi Perombakan Gedung Yang Signifikan
Societeit Concordia mengalami perubahan yang signifikan pada tahun 1940 dengan gaya arsitektur International Style. Perombakan ini dilakukan dengan bantuan arsitek A.F. Aalbers. Desain baru gedung tempat Konferensi Asia Afrika ini ditandai dengan dinding tembok plesteran dan atap mendatar. Tampak depan bangunan terdiri dari garis dan elemen horizontal yang memberikan kesan modern, sementara bagian gedung memiliki corak kubistis.
Dari tahun 1942 hingga 1945, pada era pendudukan tentara Jepang, Gedung Societeit Concordia namanya kembali diubah menjadi Dai Toa Kaikan dan dijadikan pusat kebudayaan. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, gedung ini menjadi markas para pemuda Indonesia di Bandung yang mempersiapkan diri menghadapi tentara Jepang yang enggan menyerahkan kekuasaan.
Pada sekitar tahun 1949, Gedung Societeit Concordia direnovasi dan kembali difungsikan sebagai Societeit Concordia. Gedung tempat Konferensi Asia Afrika ini menjadi tempat pertemuan bagi orang-orang Eropa, termasuk beberapa orang Indonesia. Di dalam gedung ini, pertunjukan kesenian, pesta, restoran, dan pertemuan umum kembali digelar seperti biasa.
Berganti Nama Menjadi Gedung Merdeka
Pada tahun 1955, Bandung ditetapkan sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika oleh pemerintah Indonesia. Dalam konteks ini, Gedung Societeit Concordia terpilih sebagai lokasi konferensi. Gedung ini merupakan gedung pertemuan umum terbesar dan paling megah di Bandung. Keunggulan lokasinya adalah berada di pusat kota dan berdekatan dengan hotel terbaik, seperti Hotel Savoy Homann dan Preanger.
Sejak awal tahun 1955, Gedung Societeit Concordia mulai direnovasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan sebagai tempat penyelenggaraan konferensi bertaraf internasional. Proses renovasi dan pemugaran gedung ini dipimpin oleh Jawatan Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat yang diketuai oleh Ir. R. Srigati Santoso.
Menjelang dimulainya konferensi pada tanggal 7 April 1955, Presiden Soekarno mengganti nama gedung tempat KAA ini menjadi Gedung Merdeka. Nama baru tersebut dipilih untuk menggambarkan semangat kemerdekaan Indonesia dan pentingnya konferensi ini sebagai ajang pertemuan negara-negara Asia dan Afrika dalam menjaga dan memperjuangkan kemerdekaan serta meningkatkan kerjasama di antara mereka.
Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Gedung Merdeka menjadi tonggak penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan dan hubungan internasional Indonesia. Konferensi ini menegaskan posisi Indonesia sebagai pemimpin dalam perjuangan dekolonisasi dan memperkuat solidaritas antarbangsa di Asia dan Afrika. Hingga kini, Gedung Merdeka menjadi simbol penting dari momen bersejarah ini dan terus menjadi salah satu landmark yang dihormati di Kota Bandung.