Bandung, ibu kota Provinsi Jawa Barat, merupakan salah satu kota di Indonesia yang kaya akan sejarah dan keindahan arsitektur. Melalui beberapa gedung bersejarahnya, Bandung memancarkan pesona masa lalu yang menggugah dan menjadi saksi bisu perkembangan kota ini. Inilah beberapa gedung bersejarah yang menonjol di kota Bandung.
Gedung Sate
Bangunan ini di masa kolonial Belanda, dikenal dengan nama bangunan Gouvernements Bedrijven, yang dalam bahasa Indonesia menjadi Pusat Instansi Pemerintahan. Di dinding depan Gedung Sate terdapat ornamen tradisional yang menyerupai arsitektur candi-candi Hindu.
Gedung bersejarah ini di bagian tengah bangunan utamanya terdapat menara yang memiliki atap bertingkat. Atap itu disebut “tumpang,” mirip. Bentuknya mirip dengan Meru di Bali maupun atap Pagoda. Atap menara tersebut memiliki bentuk yang menyerupai tusukan sate, sehingga masyarakat secara populer menyebut gedung ini “Gedung Sate.”
Gedung Merdeka
Perancang bangunan bersejarah ini dirancang adalah C.P. Wolff Schoemaker dan Van Galen Last. Keduanya merupakan Guru Besar di Technische Hogeschool atau Sekolah Teknik Tinggi, yang sekarang menjadi ITB. Saat pendudukan Jepang, Gedung Merdeka namanya diganti menjadi Dai Toa Kaman. Fungsi gedung ini adalah sebagai pusat kebudayaan.
Pada Maret 1980, gedung ini dijadikan tempat peringatan Konferensi Asia Afrika yang ke-25, dan pada acara tersebut, Museum Konferensi Asia Afrika diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Soeharto.
Villa Isola
Villa ini dibangun pada tahun 1933 untuk seorang jutawan Belanda bernama D.W. Beretty. Pada saat itu, Villa Isola terletak di pinggiran kota yang jauh. Arsitektur bangunan bersejarah ini mengikuti gaya Streamline Moderne awal yang menjadi ciri khas karya C.P.W. Schoemaker. Villa ini memiliki sumbu lurus yang mengarah ke arah Gunung Tangkuban Prahu, gunung berapi utama di Dataran Bandung.
Museum Kantor Pos
Gedung bersejarah ini awalnya dibangun antara tahun 1928 hingga 1931 sebagai “Posten Telegraf Kantoor” atau Kantor Pos dan Telegraf. Saat ini, bangunan ini berfungsi sebagai Kantor Pos Besar yang dikelola oleh PT. Pos Indonesia.
Arsiteknya, J. Ven Gendt, menggunakan gaya arsitektur modern fungsional dengan sentuhan art-deco geometrik yang dipadukan dengan atap bangunan tropis. Pada tahun 1920-an, di salah satu sudut bangunan ini juga dibangun sumur pompa untuk menyediakan air bersih bagi penduduk kota.
Gedung Pakuan
Gedung Pakuan didirikan atas perintah dari Gubernur Jenderal Ch.F. Pahud sebagai bagian dari pemindahan ibukota Karesidenan Priangan dari Cianjur ke Bandung. Residen Van der Moore yang bertanggung jawab atas pemindahan tersebut, baru dapat melaksanakannya pada tahun 1864.
Perancang gedung bersejarah ini adalah Insinyur Kepala di Departement van Burgerlijke Openbare Werken (B.O.W). Dia bekerja di bawah kepemimpinan Residen Van der Moore. Semenjak era Hindia Belanda, Gedung Pakuan sudah menjadi tempat singgah bagi tamu resmi, orang-orang penting, dan tokoh dunia.
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, gedung bersejarah ini berfungsi sebagai rumah kediaman resmi Residen Priangan. Sekarang, Gedung Pakuan berfungsi sebagai rumah dinas serta menjadi tempat kediaman resmi dari Gubernur Kepala Daerah Provinsi Jawa Barat.
Baca juga:
Provinsi Baru Papua di Pulau Papua
Gedung Indonesia Menggugat
Awalnya, di lokasi ini terdapat sebuah rumah tinggal yang dibangun pada tahun 1906. Kemudian, pada tahun 1917, rumah tersebut dikembangkan menjadi bangunan yang dapat kita lihat sekarang ini, dan berfungsi sebagai gedung Landraad atau pengadilan.
Salah satu peristiwa penting yang terjadi di gedung bersejarah ini adalah pengadilan terhadap Soekarno, Gatot Mangkoepradja, Maskoen Soemadipoetera, dan Soepriadinata oleh Pemerintah Belanda. Pengadilan ini berlangsung selama 5 bulan, mulai dari tanggal 18 Agustus hingga 22 Desember 1930.
Gedung Konvensi Landmark
Gedung Konvensi Landmark telah berdiri sejak tahun 1922 dengan desain yang sangat khas, hasil rancangan arsitek C.P. Wolff Schoemaker. Awalnya, gedung ini digunakan sebagai toko buku dan percetakan Van Dorp.
Transformasi pertama gedung bersejarah ini terjadi pada tahun 1970-an ketika berubah menjadi sebuah bioskop. Kemudian, gedung ini mengalami perubahan fungsi lagi menjadi Landmark Convention Center, sebuah gedung serba guna. Gedung ini sering digunakan untuk berbagai kegiatan, mulai dari pesta pernikahan hingga acara kontemporer seperti pameran buku dan pertunjukan seni.
Stasiun Bandung
Rencana awal pendirian Stasiun Bandung terkait dengan pembukaan perkebunan di Bandung pada tahun 1870. Pada tanggal 17 Mei 1884, Stasiun Bandung diresmikan oleh Bupati Koesoemadilaga.
Monumen Purwa Aswa Purba, yang didesain oleh arsitek Ir. E.H de Roo, diresmikan pada tanggal 6 April 1925 di depan pintu selatan stasiun. Monumen ini merupakan persembahan dari Walikota Bandung kepada Staatsspoorwegen (SS) sebagai penghargaan atas kontribusinya dalam menyatukan Pulau Jawa dengan layanan kereta api.
Selain itu, Ir. E.H de Roo juga memberikan sentuhan arsitektur baru pada gedung bersejarah Stasiun Bandung, termasuk hiasan kaca patri bergaya art deco di peron bagian selatan. Peresmian Stasiun Bandung menjadi momen yang dirayakan selama 2 hari berturut-turut oleh masyarakat sekitar, seperti yang dilaporkan oleh surat kabar Belanda, Javabode. Pada tahun 1990, peron utara dibangun dan menjadi bagian depan stasiun yang menghadap Jalan Kebon Kawung.
Itulah beberapa gedung bersejarah di kota Bandung. Apakah kamu tahu gedung-gedung lainnya?