Jawa Barat memiliki beragam permainan tradisional yang seru untuk dimainkan. Tidak hanya menghibur, tapi banyak permainan yang mengasah keterampilan, stamina dan ketangkasan. Permainan ini pun terbilang ekonomis karena nyaris tidak perlu mengeluarkan uang untuk bermain.
Salah satu permainan tradisional di Jawa Barat yang masih banyak dimainkan sampai sekarang adalah Enang Baledog. Perlu kamu ketahui bahwa Enang Baledog mempunyai nama lain di masing-masing daerah. Selain itu, media yang digunakan dalam permainan ini mengalami perubahan. Selengkapnya akan dijelaskan di bawah ini.
Apa Itu Enang Baledog?
Enang Baledog secara teknis mirip dengan permainan Ucing-Ucingan. Biasanya anak laki-laki yang banyak memainkan permainan ini. akan tetapi, banyak pula anak perempuan yang tertarik pada permainan ini.
Enang Baledog dimainkan oleh lebih dari 5 orang. Seorang anak dipilih sebagai penjaga dan sisanya bermain. Pemain yang kebagian tugas berjaga harus mengejar teman-teman yang lain dan harus menyentuhnya. Pemain lain yang terkena sentuhan mendapat giliran menjadi Ucing alias penjaga.
Nah, Enang Baledog pun teknis bermainnya seperti itu. Hanya saja perlu media tertentu untuk memainkannya. Media yang umum digunakan dalam Enang Baledog adalah batu pipih atau pecahan genteng.
Pemain dibagi menjadi dua, yaitu penjaga (Ucing) dan pemain yang dikejar. Setelah 10 batu pipih atau pecahan genteng ditumpuk. Penjaga berdiri di dekat tumpukan batu atau genteng, sedang yang lainnya berdiri di arah yang berlawanan.
Permainan dimulai saat satu orang pemain melempar tumpukan batu atau genteng tersebut sehingga berantakan. Penjaga harus mengejar semua pemain dan menyentuh mereka. Mereka yang terkena sentuhan menjadi aliansi dan mengejar pemain lain agar menjadi anggota aliansinya. Nah, pemain yang dikejar harus membereskan kembali batu-batu yang berantakan tadi agar bisa menang.
Enak Baledog Sandal Variasi dari Enang Baledog
Seiring waktu, permainan Enang Baledog mengalami perubahan media karena tidak semua tempat mempunyai batu atau pecahan genteng. Di beberapa tempat di Jawa Barat, anak-anak memainkan Enang Baledog dengan menggunakan sandal.
Akan tetapi, sandal tidak ditumpuk, melainkan dibuat berdiri. Jumlah sandal yang diberdirikan tidak tentu, tapi diusahakan lebih dari dua pasang. Aturan permainannya sama, satu pemain harus melempar sandal-sandal tersebut sehingga berantakan. Satu pemain melempar dan harus menghindari kejaran penjaga sekaligus membereskan kembali sandal-sandal yang berantakan tadi.