Pernahkah kamu mendengar mengenai permainan tradisional asal Pulau Dewata Bali, megoak-goakan? Ini adalah permainan tradisional yang berasal dari daerah Buleleng, Bali dan baru saja diakui oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Ini merupakan prestasi yang luar biasa! Yuk, mari kita lihat lebih dalam tentang permainan ini.
Megoak-goakan berasal dari kata “goak” yang berarti gagak dan dipercaya telah ada sejak abad ke-17. Pada saat itu, Kerajaan Buleleng sedang mengalami kesulitan karena serangan dari kerajaan Blambangan. Raja Buleleng, Ki Barak Panjisakti, memiliki ambisi untuk mengalahkan kerajaan lawan dan memperluas daerah kekuasaannya. Namun, perang berlangsung sengit dan membuat semangat para prajurit menurun. Oleh karena itu, Ki Barak Panjisakti mencoba untuk membangkitkan semangat mereka dengan mengajak bermain megoak-goakan.
Apa Itu Permainan Megoak-Goakan
Dalam permainan megoak-goakan, raja memerankan gagak yang mencoba memangsa ekor ular. Sedangkan komandan pasukan memerankan kepala ular dan para prajurit memerankan ekornya. Tugas komandan atau kepala ular adalah melindungi bawahan atau ekornya dari serangan gagak. Gerakan sang raja saat bermain sangat lincah, seolah-olah ia benar-benar gagak yang sedang mencari mangsa. Akhirnya, permainan berakhir dengan kemenangan Panjisakti. Dia meminta hadiah kemenangan dari komandan dan para prajurit, yaitu kesediaan mereka untuk kembali bertempur dengan semangat. Mereka memenuhi permintaannya dan pulang dengan membawa kemenangan.
Permainan Megoak-Goakan dan Tradisi Nyepi
Megoak-goakan terus dimainkan hingga sekarang dan menjadi bagian dari tradisi perayaan Nyepi setiap tahun di Desa Panji, Buleleng. Permainan ini dimainkan pada hari ngembak geni atau sehari setelah pelaksanaan Nyepi. Perayaan diawali dengan sembahyang di Pura Pajenengan, dilanjutkan dengan mengelilingi desa sambil didampingi gamelan Baleganjur menuju Lapangan Ki Barak Panji. Di sana, warga, terutama pemuda desa, berpartisipasi dalam permainan.
Di Desa Adat Kintamani, Bangli, ada tradisi bermain megoak-goakan saat perayaan Nyepi. Bedanya, tradisi ini dimulai sehari sebelumnya di Kaleng Beten. Ada upacara persembahan ayam merah dan sapi, disebut upacara Muse, untuk Ratu Dalem yang tinggal di Pura Dalem Pingit. Pada tengah malam, warga menyomia untuk mengusir energi negatif dari Bhuta Kala. Setelah semua upacara selesai, warga bermain megoak-goakan selama sehari penuh.
Aturan Permainan Megoak-Goakan
Megoak-goakan adalah permainan yang dimainkan oleh dua kelompok dengan masing-masing terdiri dari 5 hingga 11 orang. Dalam permainan ini, ada kelompok yang menjadi goak dan kelompok lainnya menjadi mangsa. Pemain yang menjadi ekor berbaris di belakang pemimpin kelompok mangsa. Tujuannya adalah untuk menangkap ekor goak atau pemain yang berada di baris paling belakang dari kelompok lawan. Kelompok yang pertama kali berhasil menangkap ekor lawan akan menjadi pemenangnya.
Bermain megoak-goakan bisa melatih ketangkasan dan mengasah kemampuan kepemimpinan serta kerja sama pemimpin-bawahan. Sebagai pemimpin, kepala goak harus melindungi anggotanya, sedangkan sebagai bawahan, ekor harus setia dan mempercayai pemimpin mereka. Selain
seru, permainan ini juga memiliki manfaat dan nilai budaya yang sangat berharga. Jadi, ayo mainkan megoak-goakan bersama teman-teman!