Daerah Nusa Tenggara Barat terkenal dengan keindahan pantai dan pulau-pulaunya juga budayanya seperti rumah sasak dan anyamannya. Salah satu budaya lainnya dari NTB adalah permainan tradisional. Salah satunya adalah Kudung.
Mengenal Kudung
“Kudung” merupakan salah satu jenis permainan tradisional asal Lombok, yang berasal dari Kampung Buhlawang. Kampung ini berada di Desa Selebung Ketangga, Kec. Keruak, Kab. Lombok Timur. Kudung artinya tutup. Diberi nama kudung karena di dalam permainan ini pemain penjaga selalu berusaha untuk menutup jalan supaya lawannya tidak dapat lolos.
Permainan ini disebut “Tambe” di Desa Sakra. Menurut keterangan, kata Tambe diperkirakan berasal dari bahasa Arab “Tambeh” yang artinya berjaga-jaga. Ini karena para pemain ketika bermain harus selalu berjaga-jaga.
Sejarah Perkembangan Permainan Tradisional Kudung
Dulu permainan ini umumnya muncul ketika keadaan sosial ekonomi masyarakat sedang dalam kondisi baik, yakni saat padi sudah dipotong dan siap untuk diangkut. Atau ketika padi telah naik ke dalam lumbung.
Berdasarkan fakta tersebut permainan tradisional ini tampaknya permainan ini dilakukan ketika penduduknya sedang dalam suasana gembira. Ini adalah fakta saat zaman dulu. Namun, sekarang situasinya sudah berubah. Karena masuknya teknologi, menyebabkan panen jadi lebih sering yang akibatnya membuat penduduk jadi sibuk, sehingga tak memiliki banyak waktu.
Pemain Kudung
Biasanya permainan tradisional ini dilakukan oleh anak-anak yang usia antara 6 – 12 tahun. Para pemainnya bisa perempuan saja atau laki-laki saja atau campuran. Jumlah pemainnya sekitar 4 sampai 8 orang.
Peralatan yang Digunakan

Permainan tradisional kudung tidak membutuhkan peralatan dalam bermain. Cukup arena permainan saja yang bentuknya adalah sebuah lingkaran ataupun dua buah lingkaran dengan lorong sebagai penghubung.
Aturan Permainan Tradisional Kudung
Terdapat beberapa aturan di dalam permainan Kudung. Berikut penjelasannya:
- Pemain jaga atau yang menjadi Kudung harus bisa menyentuh tubuh maupun bagian-bagian tubuh, termasuk pakaian pemain lain, menggunakan tangannya.
- Ketika berusaha menyentuh pemain lain, kaki kudung harus sepenuhnya berada di area luar lingkaran.
- Pemain yang di dalam lingkaran tak boleh keluar melewati garis batas. Bila dia keluar maka disebut “Kajemplung“. Kemudian pemain itu menjadi kudung.
- Ketika menyentuh lawan, kedua kaki kudung harus bertumpu di tanah. Bila tidak sesuai dengan peraturan nomor 1, 2, dan 4 maka sentuhan pemain tersebut dianggap nyalaq atau salah serta dinyatakan batal.
Aturan di daerah Sakra memiliki perbedaan, seperti:
Jika pemain karena alasan tertentu terpaksa keluar dari garis atau “Kajemplung“, bila dia berjalan meloncat dengan satu kaki atau disebut teng teng kelak maka dia tidak mati.
Pemain tadi boleh dikejar oleh kudung dengan posisi teng teng kelak juga. Bila kena maka dia akan menjadi kudung, bila tida kena dia bisa masuk lingkaran lagi.
Pemain yang sudah tersentuh disebut “bakat” maupun “bau” yang berarti kena atau tertangkap.
Pemain yang berada di dalam lingkaran diperkenankan untuk mengejek dan menyerukan ucapan “Tambe La (nama pemain yang menjadi kudung) Jari“.
Cara Bermain

Ada beberapa tahapan di dalam permainan tradisional ini yaitu:
Permainan tradisional ini diawali dengan memilih pemain yang paling besar untuk menjadi kudung atau disebut juga “jadi” terlebih dahulu. Pemain tadi “jadi” ini dinamakan juga dengan kudung.
Sebelum permainan tradisional ini dimulai, kudung terlebih dulu membuat lingkaran di tanah menggunakan kakinya. Sementara untuk membuat garis bisa juga digunakan air. Apabila permainnya dilakukan di sawah, maka bisa menggunakan jerami yang dibakar.
Sesudah semua persiapan permainan tradisional ini selesai, pemain yang jadi kudung harus berdiri di belakang garis batas yang melingkar. Sementara pemain lainnya berada di dalam lingkaran.
Kemudian pemain yang menjadi kudung mulai menyentuh pemain lain di dalam lingkaran sambil berlari mengelilingi lingkaran.
Pemain yang berhasil disentuh, dia akan bergantian menjadi kudung. Sementara pemain yang awalnya menjadi kudung akan masuk ke dalam lingkaran.
Baca juga:
Tarek Situek, Permainan Tarik Pelepah Pinang dari Aceh
Tari Caci, Permainan Tradisional Pulau Flores
Kerito Surong, Permainan dari Bangka Belitung
Pada permainan tradisional kudung yang menggunakan lorong, di awal para pemain berkumpul di dalam satu lingkaran. Apabila terpojok, mereka boleh lari menuju lingkaran lain melewati lorong yang ada. Saat melewati lorong, pemain tersebut bisa disentuh sesuai dengan peraturan permainan.
Di dalam permainan ini ada semacam time out yang dinamakan “ngecop“. Pemain yang ingin time out harus mengatakan kata “cop“.
Permainan tradisional ini akan terus berlangsung dan baru berakhir bila pemain telah merasa lelah, bosan maupun bila waktu telah menjelang malam.
Sebagai tanda permainan berakhir, biasanya pemain akan berteriak “rae-rae” yang nantinya disambut dengan teriakan yang sama oleh anak-anak lain yang menonton.