Ma’santo merupakan salah satu permainan tradisional dari Provinsi Sulawesi Selatan yang bisa dimainkan oleh siapa saja. Permainan ini disebut juga Santo atau Santo-Santo. Bermain Ma’santo cukup mudah dan tidak membutuhkan biaya yang banyak. Hanya perlu lapangan dan batu. Jumlah permainnya minimal 2 orang sampai sekitar 6 orang.
Akan tetapi permainan dari Sulawesi Selatan ini juga bisa dimainan secara kelompok, yang akan diikuti oleh dua kelompok. Tiap kelompok minimal terdiri dari 2 orang. Umumnya permainan ini dilakukan di lapangan terbuka.
Alat Permainan Ma’santo
Sebuah lapangan yang akan menjadi bidang permainan
Bidang permainan tersebut dibagi menjadi dua bagian sama besar. Ukurannya 3m x 10 m2. Garis pertama dan garis kedua adalah garis atau area hukuman untuk pemain dari kelompok Amba’ (kelompok pelempar batu) tersebut saja, dan bukan keseluruhan. Namun, bila ada saja satu di antara kelompok itu ada yang melewati garis ketiga, kelompok tersebut semua anggotanya akan terkena hukuman.
Batu pipih
Batu pipih seukuran kepalan tangan dan jumlahnya sebanyak pemain. Apabila tidak ada batu, bisa diganti dengan menggunakan pecahan keramik atau genteng.
Cara Bermain Ma’santo dari Provinsi Sulawesi Selatan
Permainan Ma’santo dimulai menentukan kelompok mana yang akan memulai permainan (Amba‘). Caranya dengan mengundi terlebih dahulu menggunakan uang lobang maupun dengan suit jari.
Sesudah berhasil menentukan kelompok yang akan bermain terlebih dulu, maka kelompok yang berjaga bertugas untuk menyusun batu santo’. Batu tersebut akan jadi sasaran pemain Amba’.
Kelompok Amba’ melempar batu dari area tempat awal melempar batu utama yang dinamakan Pangamba’. Daerah paling strategis sebagai tempat penempatan batu Pangamba’ yaitu wilayah di antara dua garis buta (Picco‘) sebab paling dekat dengan batu yang menjadi sasaran.
Baca juga:
Suku Sasak dan Permainan Manuk Kurung
Permainan Tradisional dari NTB, Kudung
Tarek Situek, Permainan Tarik Pelepah Pinang dari Aceh
Bila ada seorang anggota dari kelompok yang melempar dan mengenai garis picco’ ataupun berada di dalam area garis tersebut, maka saat anggota kelompok tersebut akan melempar batu dengan mata ditutup sesuai letak batu Pangamba’-nya. Bila batu berada di area garis Picco’ 1, maka salah satu matanya akan ditutup. Namun bila batu Pangamba’ berada di area garis Picco’ 2, maka 2 matanya harus ditutup. Bila pemain dari kelompok Amba’ melempar batu dan melewati garis pico 2, maka kelompok Amba’ akan kena denda berupa penolakan bantu Pengamba’. Batu tersebut didorong menggunakan tumit sejauh mungkin dari batu sasaran.
Amba’ dalam Ma’santo ada dua macam, yakni Amba’ duduk dan Amba’ berdiri. Yang duduk dilakukan dengan cara melempar batu Pangamba’ melalui celah di antara bawah dan betis dengan posisi berjongkok. Yang berdiri caranya yaitu dengan melempar batu sambil berdiri.
Bila pemain dari kelompok yang Amba’ tidak berhasil mengenai batu sasaran secara langsung dari garis awal, maka akan dilanjutkan dengan Dende. Cara melakukan Dende adalah dengan menempatkan batu Pangamba’ di atas punggung kaki, lalu menggerakkan kaki satunya lagi untuk melompat mendekati garis Picco’ 2 untuk melemparkan batu Pangamba’ ke batu sasaran.
Ada 2 cara Dende, yaitu Dende dekat (dilakukan di garis Picco’ 2) serta Dende jauh (dilakukan di garis awal melempar). Bila batu Pangamba’ tidak mengenai batu sasaran, pemain tersebut dinyatakan tidak berhasil alias gagal.
Jika semua anggota kelompok Amba’ tidak berhasil, maka ronde tersebut dinyatakan dimenangkan oleh pemain kelompok yang tidak Amba’. Setelah itu dilakukan pertukaran kelompok untuk melanjutkan ke ronde 2. Permainan ini akan begitu seterusnya sampai keseluruhan ronde dinyatakan sudah habis.
Pemenang dari permainan ini adalah kelompok yang berhasil menang dalam banyak ronde. Hadiahnya biasanya berupa Didengnge’ atau digendong dengan punggung oleh kelompok yang kalah. Mereka digendong dari tempat awal melempar batu Pangamba’ sampai ke tempat penyusunan batu sasaran atau batu Santo’.