
Ketika bangun tidur atau mengantuk, kita akan menguap. Lalu muncul pertanyaan, mengapa kita menguap? Sayangnya tidak ada penjelasan yang pasti mengenai alasan mengapa kita menguap.
Mengapa kita menguap?
Tidak ada kesepakatan ilmiah mengenai mengapa kita menguap. Menurut Douglas Parham, seorang ilmuwan di Wichita State University, ada sebuah teori yang berpendapat bahwa ketika kita lelah, kita berhenti mengambil napas dalam-dalam, yang menyebabkan penumpukan karbon dioksida dalam tubuh. Kata Parham menguap mungkin merupakan jenis pernapasan khusus. Ketika menguap, oksigen bertambah dengan cepat, sambil mengeluarkan karbon dioksida, bahkan lebih dari napas dalam-dalam.
James Giordano, ahli saraf dan ahli saraf di Universitas Georgetown menyebutkan kalau kelebihan karbon dioksida dan perubahan kimia lainnya, seperti penurunan oksigen atau peningkatan senyawa yang disebut adenosin, juga dapat bertindak sebagai “gerbang menguap.” Giordano menambahkan bahwa bahan kimia ini kemudian mengirimkan sinyal yang memicu menguap. Dengan menguap, kita menekan otot-otot wajah, mendorong darah yang kaya oksigen ke otak.
Ada juga yang mengatakan kalau menguap tujuannya yaitu untuk mendinginkan otak, atau untuk meregangkan organ-organ internal seperti jaringan dan paru-paru, membantu tubuh untuk aktif atau hidup.
Mengapa Menguap Bisa Menular?
Para ahli mengetahui fakta unik tentang menguap. Sepertinya menguap itu menular. Pernahkan kamu menguap karena melihat orang lain menguap? Faktanya, seseorang enam kali lebih mungkin menguap setelah melihat orang lain menguap.
Mengapa menguap menular? Itu merupakan misteri yang para ahli masih berusaha pecahkan. Setelah melakukan banyak penelitian mengenai mengapa menguap bisa menular kepada orang lain, para ahli akhirnya memiliki beberapa teori untuk alasan di balik fenomena tersebut.
Salah satu jawabannya adalah “social mirroring”, yaitu secara tidak sengaja meniru gerakan orang lain. Hal ini dipicu oleh mirror neuron atau neuron cermin di otak. Sel-sel ini membantu otak memperhatikan perilaku orang lain yang berguna dan kemudian menirunya.
Ketika seseorang melihat orang lain menguap, neuron cermin mereka mengamati perilaku tersebut dan menafsirkannya sebagai bermanfaat. Karena itulah mereka akhirnya ikut menguap juga.
Sementara itu, ada juga teori lainnya mengatakan kalau menguap menular karena ikatan sosial. Faktanya, banyak ahli yang percaya kalau hal tersebut mungkin merupakan tanda empati. Tidak diragukan lagi kalau manusia adalah makhluk sosial. Mereka membentuk keluarga, persahabatan, dan hidup bersama dalam kelompok. Karena itulah banyak orang meniru orang lain, misalnya tersenyum saat orang lain melakukannya. Menguap bisa jadi contoh dari hal tersebut. Berdasarkan fakta penelitian, orang kemungkinan besar ikut menguap ketika orang lain melakukannya apabila keduanya berbagi ikatan sosial.
Ada juga jawaban yang mengatakan kalau sebenarnya menguap tidak menular. Orang menguap bersama jika mereka berada di lingkungan yang sama. Menurut para ahli, ada beberapa pemicu orang menguap, di antaranya suhu dan waktu. Pemicu yang mungkin bisa dialami oleh siapa saja di tempat umum yang sama. Berdasarkan alasan tersebut, orang-orang yang saling menguap bisa jadi adalah suatu kebetulan.
Menguap yang Menular Terjadi Juga Pada Hewan
Para ahli juga menemukan fakta ini pada hewan. Berdasarkan sebuah penelitian yang mengikuti dua singa di Afrika Selatan, ditemukan fakta bahwa hewan-hewan ini juga saling menguap. Menurut penelitian tersebut, seekor singa mempunyai kemungkinan 139 kali lebih besar untuk menguap sesudah melihat anggota lainnya melakukannya.
Hal serupa juga ditemukan pada mamalia lain. Serigala, primata, dan anjing peliharaan juga tampaknya mengalami fenomena menguap yang menular. Ada juga kasus yang memperlihatkan persilangan antar spesies. Contohnya saja, anjing peliharaan yang menguap sesudah melihat pemiliknya menguap.
Ternyata menguap memiliki fakta yang unik, ya. Nah, kalau kamu mau tahu keanehan sains lainnya, jangan lupa mampir di situs ANAKBISA.
2 Comments