Pernahkah kamu menjerit, “Aduh!” saat kamu tergores potongan kertas? Apa yang membuat kamu menarik tangan saat terkena api? Terkadang kamu bangun pagi dengan rasa sakit di tenggorokan ketika menelan. Jarimu lecet saat latihan basket. Pergelangan tangamu sakit karena bermain video game terlalu lama. Situasinya berbeda, namun ada satu kesamaan di antara semuanya, yaitu membuat kamu mengaduh.
Saat tubuh kamu terluka atau ada sesuatu yang salah, saraf kamu mengirimkan banyak pesan ke otak mengenai apa yang terjadi. Otakmu kemudian membuat kamu merasa sakit. Jadi jika kamu meletakkan tanganmu di atas kompor yang panas, sarafmu memanggil otak, dan otak dengan cepat mengirimkan pesan bahwa tanganmu sakit. Kamu mendapatkan pesan tersebut, kemudian menarik tanganmu dari kompor panas, yang menyelamatkan tanganmu dari cedera lebih lanjut.
Perbedaan Antara Nyeri Akut dan Kronis
Rasa sakit memiliki beragam jenis, ada yang ringan dan berat. Semunya dapat memengaruhi cara kamu merasakan dan mempersepsikan rasa sakit.
Nyeri akut yaitu rasa nyeri jangka pendek. Umumnya nyeri akut kamu alami setelah semacam kecelakaan atau cedera, misalnya kamu mengalami patah lengan atau menjatuhkan sekaleng susu di kaki. Setelah cedera itu sembuh, rasa sakitmu hilang dan kamu tidak memerlukan perawatan lebih lanjut.
Sementara itu, nyeri kronis merupakan nyeri yang terasa terus-menerus. Biasanya disebabkan oleh kondisi seperti Fibromialgia (rasa nyeri pada sekujur tubuh) atau arthritis (bengkak dan nyeri pada sendi). Orang yang mengalami nyeri kronis membutuhkan pengobatan dan terapi jangka panjang untuk mengobati rasa sakit mereka. Mereka merasakan rasa sakit secara berbeda dan memproses pesan rasa sakit itu secara berbeda dari rasa sakit akut atau terpotong kertas karena mereka mengalami rasa sakit yang cukup panjang.
Baca Juga:
Apakah Hewan Bisa Terbakar Sinar Matahari?
Bagaimana Karang Terbentuk?
Proses Rasa Sakit
Nyeri dimulai dari sumber cedera atau peradangan, apakah itu jari kaki atau punggung bagian bawah. Ketika kamu melukai diri sendiri, respons otomatis tubuh adalah merangsang reseptor (satu atau sekelompok sel saraf serta sel lainnya yang memiliki fungsi untuk mengenali rangsangan tertentu) rasa sakit, yang pada akhrinya melepaskan bahan kimia.
Bahan kimia ini, membawa pesan “Aduh, sakit,” langsung menuju sumsum tulang belakang. Kemudian sumsum tulang belakang membawa pesan rasa sakit dari reseptornya hingga ke otak. Di sana ia diterima oleh talamus (salah satu struktur yang berada di tengah otak) dan dikirim ke korteks serebral, bagian otak yang memproses pesan tersebut.
Dengan kata lain, pesan fisik dari cedera berjalan dari area luka langsung ke otak, di mana ia mencatat sensasi yang dikenal sebagai rasa sakit. Otakmu merasakan rasa sakit itu, dan mengirimkan pesan rasa sakit itu kembali ke area tubuhmu yang sakit. Semua proses ini berjalan dengan sangat cepat. Kamu akan langsung tahu kamu merasa sakit tanpa harus menunggu sampai 5 menit.
Apa Lagi yang Bisa Memengaruhi Rasa Sakit?
Respons terhadap rasa sakit bersifat individual, dan apa yang mungkin menyakitkan bagi satu orang bisa jadi hanya sebuah ketidaknyamanan bagi orang lain. Karena pesan rasa sakit melewati wilayah emosional dan pemikiran otak, pengalaman rasa sakitmu tidak hanya dibentuk oleh kerusakan fisik atau sensasi, tetapi juga oleh faktor psikologis, emosional dan sosial. Ingatanmu tentang pengalaman menyakitkan di masa lalu, genetik, masalah kesehatan jangka panjang, strategi mengatasi masalah, dan sikap terhadap rasa sakit semuanya dapat berkontribusi pada bagaimana kamu merasakan sakit.
Nah, itulah penjelasan mengenai rasa sakit. Jadi, ternyata rasa sakit itu karena saraf di tubuh mengirim pesan ke otak dan otak mengirimkan pesan lagi ke tubuh. Jadi sekarang kamu tahu mengapa kamu merasa sakit. Mau tahu fakta sains lain yang seperti ini? Yuk, kunjungi situs web ANAKBISA, dan jangan lupa ikuti kelas-kelasnya yang pastinya menarik.